MINGGU, 1 JUNI 2025 (EXAUDI) Ev. MAZMUR 97: 1-12 Ep. WAHYU 22: 12-21 Tema : TUHAN ADALAH RAJA

KHOTBAH-MINGGU-1-JUNI-2025-EXAUDI-Evangeliuam-MAZMUR-97-1-12-Epistel-WAHYU-22-12-21-Tema-TUHAN-ADALAH-RAJA
Tema : TUHAN ADALAH RAJA

 

Kitab Mazmur terdiri atas 150 pasal yang kemudian dibagi menjadi beberapa kelompok sesuai dengan isinya, seperti puji-pujian, ratapan, pengakuan bahwa TUHAN adalah Raja yang berkuasa dan lain sebagainya. Mazmur 97 ditempatkan pada bagian keempat yakni dari pasal 90-106, sehingga ketika dihitung ada 17 pasal di bagian keempat Kitab Mazmur ini. Namun secara keseluruhan dari ke-17 pasal ini menetapkan keilahian TUHAN yang berkuasa atas segalanya. Contohnya: Mazmur 92; 94:2; 96:13 mengatakan bahwa TUHAN adalah hakim dan Mazmur 93:1; 95:3; 96:10, 97:1, 98:6, 99:1 mengatakan TUHAN adalah Raja. Pemazmur mengungkapkan bahwa TUHANlah yang menciptakan langit dan bumi dan segala isinya bahkan kita bisa melihat bahwa seluruh ciptaan-Nya tunduk dan taat di hadapan-Nya. TUHAN adalah Raja yang memerintah kita dengan kekuasaan dan belas kasihan. Dia senantiasa mendampingi kita ciptaan-Nya agar hidup kita damai dan bahagia. Demikian juga dalam bacaan kita Mazmur 97:1-12 ini, Pemazmur memiliki pengakuan iman yang sangat penting. Pemazmur mengakui TUHAN sebagai raja berarti mengakui kedaulatan TUHAN sebagai penguasa satu-satunya atas kehidupan ini, bahkan atas seluruh aspek kehidupan. Maka sepatutnya seluruh ciptaan-Nya haruslah menundukkan diri dan menaati segala ketentuan, perintah, serta Firman TUHAN sang Raja.


Pembahasan

Mazmur 97 merupakan bagian dari kelompok "Mazmur Kerajaan" yang menekankan pemerintahan Tuhan sebagai Raja atas seluruh bumi. Mazmur ini kemungkinan besar ditulis untuk penggunaan liturgis, mungkin dalam konteks perayaan pengakuan Allah sebagai Raja, baik secara eskatologis maupun dalam penyembahan sehari-hari umat Israel. Kontras yang mencolok dalam mazmur ini adalah antara Tuhan yang memerintah dalam keagungan dan umat yang bersukacita karena keadilan dan kebenaran-Nya. Mazmur ini juga mengandung unsur penghiburan bagi umat yang tertindas dan menjadi pengingat akan kemahakuasaan Tuhan di tengah dunia yang sering kacau.

Tuhan Berdaulat dan berkuasa atas Segala Sesuatu (ay. 1-5). Ayat pertama Mazmur ini membuka dengan sebuah deklarasi, bukan argumen: “Tuhan adalah Raja” Ini bukan pernyataan politis, tetapi kebenaran teologis. Kedaulatan Tuhan bukan sesuatu yang harus diperdebatkan, tetapi diterima dan diimani. Dunia mungkin dipenuhi oleh raja dan penguasa, tetapi hanya Tuhan yang memerintah dengan adil, kudus, dan kekal. Bumi bersorak, pulau-pulau bersukacita; semua ciptaan merespons pemerintahan Allah. Ini bukan raja simbolis atau spiritual semata. Ini Raja yang menguasai seluruh realitas, baik alam maupun sejarah manusia. Langit, awan, dan kilat menggambarkan kemuliaan-Nya (ayat 2–4). Bahkan gunung-gunung simbol kekuatan dan stabilitas dunia meleleh di hadapan-Nya (ayat 5). Ini adalah cara pemazmur menggambarkan bahwa tidak ada hal yang terlalu besar bagi Allah. Dia berdaulat atas ciptaan, sejarah, dan kehidupan pribadi kita. Yang menjadi pertanyaan bagi kita; Apakah kita sungguh percaya bahwa Tuhan memegang kendali dalam hidup kita; baik dalam kelimpahan maupun kekurangan, dalam kemenangan maupun kegagalan? Ibaratkan seorang anak kecil yang ketakutan saat badai melanda, tetapi langsung tenang saat sang ayah masuk dan memeluknya. Begitu juga kita; ketika kita mengingat bahwa Tuhan adalah Raja, kita bisa bersukacita walau badai kehidupan menghantam. Apapun yang terjadi, krisis ekonomi, sakit penyakit, kegagalan, jika Tuhan adalah Raja, maka tidak ada yang lepas dari kendali-Nya. Dia tidak panik. Dia tetap memegang tahta.

Pemerintahan Tuhan itu Adil dan Kudus (ay. 6 – 9). Ia memerintah dengan dasar keadilan dan kebenaran (ayat 2). Langit memberitakan keadilan-Nya, dan bangsa-bangsa melihat kemuliaan-Nya (ayat 6). Ini menunjukkan bahwa Allah tidak hanya besar, tetapi juga benar. Kuasa-Nya tidak terpisah dari karakter-Nya yang suci. Keberadaan Tuhan tidak hanya ditandai oleh kuasa, tetapi juga oleh keadilan dan kekudusan. Dia tidak seperti penguasa dunia yang bisa disuap atau berubah-ubah. Ayat 7 menyingkapkan peringatan keras bagi penyembah berhala: “Mereka mendapat malu... semua allah sujud menyembah kepada-Nya.” Dalam konteks modern, berhala tidak selalu berupa patung. Ia bisa berupa uang, status, teknologi, bahkan keinginan pribadi yang kita puja diam-diam. Satu hal yang perlu kita ingat bahwa segala allah buatan manusia akan tunduk pada-Nya. Dalam sebuah pengadilan dunia, sering kali keadilan bisa dibeli. Tapi Tuhan adalah Hakim yang adil, yang tidak bisa dikorupsi. Semua perbuatan kita akan dihakimi dengan benar, dan Dia tidak pernah salah dalam membuat keputusan. Tidak seperti pemimpin dunia yang bisa gagal, korup, atau bias, Tuhan adalah Raja yang tidak pernah salah dalam penghakiman-Nya. Jika Tuhan adil dan kudus, maka umat-Nya juga harus hidup dalam kekudusan dan keadilan. Hidup dalam kekudusan berarti kita tidak kompromi dengan dosa. Jika Tuhan kita kudus, kita pun dipanggil untuk hidup berbeda dari dunia. Jauhi berhala modern, uang, popularitas, status. Menjadi perenungan bagi kita adalah, Apakah saya sedang memuliakan Tuhan yang benar atau membiarkan berhala-berhala halus menduduki takhta hati saya?

Respons Umat ketika Tuhan adalah Raja adalah Bersukacita dan Hidup Benar (ay. 10 -12). Yerusalem atau Sion bersukacita karena melihat penghakiman Tuhan (ayat 8). Dalam dunia modern, kita sering takut akan penghakiman. Tapi bagi umat Tuhan, penghakiman-Nya adalah kabar baik, karena itu berarti keadilan ditegakkan dan kejahatan tidak akan menang selamanya. Lalu pemazmur berbicara secara langsung: “Hai orang-orang yang mengasihi Tuhan, bencilah kejahatan! Ia memelihara jiwa orang-orang yang dikasihi-Nya...” (ayat 10). Ini adalah ajakan untuk hidup dalam integritas moral dan kasih yang murni kepada Tuhan. Kita tidak cukup hanya menghindari kejahatan, tetapi dipanggil untuk membencinya. Sukacita dan terang dijanjikan kepada orang benar (ayat 11–12), tapi itu bukan hasil dari hidup nyaman, melainkan dari relasi yang benar dengan Sang Raja. Mazmur ini ditutup dengan janji penghiburan: Tuhan melindungi umat-Nya. Bagi yang hidup benar, terang akan terbit. Sukacita bukan hasil situasi, tapi buah dari hubungan dengan Raja yang hidup. Ibaratkan Seorang tentara di tengah medan perang merasa tenang karena tahu komandannya ahli strategi. Begitu pula, orang percaya bisa bersukacita di tengah kekacauan karena tahu Tuhan memelihara jiwa mereka. Apakah kita mengasihi Tuhan? Maka mari benci kejahatan. Jangan hanya menghindari dosa, tapi miliki kebencian terhadap segala yang mencemari kekudusan.

Kesimpulan

Minggu ini kita memasuki Minggu Exaudi yang artinya dengar dan jawablah seruanku (Mazmur 27:7). Pemazmur meminta TUHAN mendengarkan suaranya. Dia mencurahkan seluruh isi hatinya hanya kepada TUHAN dan hal ini menunjukkan kepercayaan Pemazmur bahwa hanya TUHANlah yang mengendalikan hidupnya.

  1. Jadikanlah Tuhan sebagai Raja dalam Hidup Sehari-hari. Itu harus tercermin dalam: Cara kita mengambil keputusan, apakah tunduk pada firman atau dorongan ego? Cara kita menyikapi penderitaan, apakah tetap percaya bahwa Tuhan memerintah? Cara kita melihat dunia, apakah kita menjadi saksi tentang Kerajaan-Nya dalam pekerjaan dan keluarga? Mengakui Tuhan sebagai Raja berarti menyerahkan kontrol mungkin kehilangan "hak atas diri sendiri" dan menerima bahwa hidup kita adalah milik-Nya. Tapi justru di sanalah letak kedamaian dan sukacita sejati. Tuhan adalah Raja yang Layak Dipuji. Ketika dunia semakin tidak pasti, orang benar justru diajak untuk bersukacita. Mengapa? Karena Raja kita tidak berubah. Takhta-Nya tidak diguncang. Kasih-Nya tidak luntur. Dan janji-Nya tetap pasti. 
  2. Kita diingatkan agar menghindarkan diri dari b
    erbagai perbuatan jahat yang merugikan orang lain
    . Demikian juga harus memperjuangkan keadilan dan kebenaran sebab hal seperti itulah yang dikehendaki TUHAN. Kiranya kita juga turut menceritakan kemuliaan TUHAN melalui perkataan dan perbuatan, dalam kehidupan nyata setiap hari supaya mereka yang lemah dapat dikuatkan di dalam Dia.
  3. Hanya orang yang tulus hatilah yang mendapatkan sukacita yang abadi sebab melakukan apa yang benar. Kebenaran yang didapatkan bukanlah hasil usaha manusia melainkan melalui Kristus di kayu salib. Tuhan Yesus telah membenarkan kita melalui penyaliban-Nya tetapi jangan lupa bahwa kita harus mengusahakan agar tetap tinggal di dalam kasih karunia-Nya. Amin.

Komentar

Popular Posts

KHOTBAH MINGGU 17 NOVEMBER 2024, MATIUS 24: 9-14, ORANG YANG BERTAHAN SAMPAI AKHIR AKAN SELAMAT

KHOTBAH MINGGU 1 DESEMBER 2024, LUKAS 21: 25-36, BERJAGA-JAGA DAN BERDOA SENANTIASA

KHOTBAH MINGGU 3 NOVEMBER 2024, MARKUS 12: 28-34, MENGASIHI TUHAN ALLAH DAN SESAMA MANUSIA