BAHAN KHOTBAH MINGGU 29 JUNI 2025, 1 RAJA-RAJA 19:15–21, SETIA MENGIKUTI DAN MELAYANI TUHAN

Boy France Tampubolon Ministry
PENGANTAR

Kitab 1 Raja-raja 19:15–21 menceritakan tentang kelanjutan pelayanan Nabi Elia[1] setelah mengalami keputusasaan dan perjumpaan dengan Tuhan di Gunung Horeb[2]. Pasal ini menandai peralihan penting dalam tugas kenabian Elia, khususnya penunjukan pengganti dan penerus Elia.
PENJELASAN
Ayat 15-17
Setelah
Elia mengungkapkan keputusasaannya karena merasa sendirian dalam pelayanannya[3],
Tuhan menampakkan diri dan memberikan instruksi:
Tuhan
menyuruh Elia kembali ke daerah asalnya melalui jalan padang gurun, lalu
mengurapi:
Hazael
sebagai raja Aram (Syria), Yehu sebagai raja Israel dan Elisa bin Safat sebagai
nabi pengganti Elia. Tuhan menjanjikan bahwa melalui ketiga tokoh ini,
penghakiman akan dijatuhkan kepada Israel yang tidak setia, dan mereka yang
tidak tunduk akan dibinasakan. Setelah Elia merasa gagal dan ingin mati, Tuhan
tidak memarahi, tapi memberikan misi baru. Ini menunjukkan bahwa:
- Tuhan tetap memberi
tujuan baru dalam hidup hamba-Nya yang patah semangat.
- Tiga tokoh yang harus
diurapi itulah alat Tuhan untuk melakukan penghakiman dan pemulihan bagi
Israel dan bangsa-bangsa sekitarnya.
- Penugasan ini
memperluas cakupan pelayanan Elia: dari hanya nabi Israel menjadi bagian
dari rencana Tuhan atas bangsa-bangsa.
Ayat 18
Namun Tuhan
menegaskan bahwa masih ada "tujuh ribu orang di Israel" yang
tidak menyembah Baal dan tidak mencium dia (yang berarti tanda penyembahan),
menandakan bahwa Elia tidak benar-benar sendiri. Ayat ini menyangkal pemikiran
Elia bahwa ia sendirian. Ada 7.000 orang yang tetap setia[4].
Ini mengajarkan bahwa ketaatan sejati mungkin tersembunyi, tapi tetap ada, dan
Tuhan tetap berada bagi umat-Nya.
Ayat 19-21
Elia kemudian menemui Elisa yang sedang membajak ladang dengan dua belas pasang lembu. Elia melemparkan[5] jubahnya (tanda pemanggilan kenabian, simbol pengalihan kuasa kenabian. Jubah adalah simbol otoritas profetik) kepada Elisa. Elisa meminta izin pamit dari orang tuanya (Elisa sadar bahwa panggilan kenabian itu besar dan berat, dan ia tidak mau melangkah tanpa pamit dan meminta restu orang tuanya terlebih dahulu), lalu mengorbankan lembunya dan menggunakan alat bajaknya sebagai kayu bakar, merupakan suatu simbol bahwa ia meninggalkan masa lalunya dan sepenuhnya menyerahkan diri untuk mengikut Elia dan melayani Tuhan. Elisa memotong hubungan dengan masa lalunya (mengorbankan lembu, membakar alat bajak[6]) sebagai tanda totalitas dalam mengikuti panggilan Tuhan. Ini menunjukkan bahwa panggilan dari Tuhan menuntut pengorbanan dan penyerahan penuh, tetapi juga membawa kepada hidup baru dalam pelayanan.
KESIMPULAN
Tuhan Memberi Harapan Baru. Saat merasa lelah dan sendiri, Tuhan punya rencana lebih besar dari yang kita lihat. Keputusasaan bukan akhir, tapi bisa menjadi titik awal dari penugasan baru. Seperti Elisa meninggalkan kenyamanan hidup (pertanian besar) untuk mengikuti Tuhan. Hidup dalam ketaatan bisa menuntut pengorbanan kenyamanan dan kestabilan duniawi. Kita mungkin merasa sendiri dalam iman kita, tetapi Tuhan tahu siapa yang setia dan kita tidak sendirian.
PENUTUP
1 Raja-raja
19:15–21 mengajarkan bahwa meskipun seorang hamba Tuhan bisa mengalami
kelelahan dan keputusasaan, Tuhan justru memberikan misi baru dan menghadirkan
orang lain untuk berjalan bersama. Elia menemukan kembali arah hidupnya, dan
Elisa mulai menjalani panggilannya. Sebab semua karena kasih dan rancangan
Tuhan yang setia. Amen
[1] Elia = “Yahweh
adalah Allah” (Dalam bahasa Ibrani: אֵלִיָּהוּ / Eliyahu) melayani di masa Raja
Ahab dan Izebel, penguasa yang jahat, penyembah Baal, sekitar abad ke-9 SM. Elisa
= “Allah adalah keselamatanku” (Dalam bahasa Ibrani: אֱלִישַׁע / Elisha). Meneruskan
dan menggandakan pelayanan Elia, tetapi dengan gaya yang lebih tenang.
[2] Gunung Horeb adalah salah satu
gunung yang sangat penting dalam Alkitab, khususnya dalam Perjanjian Lama. Nama
ini sering kali dianggap sinonim atau sangat berkaitan erat dengan Gunung Sinai, tempat di mana
Allah menyatakan diri-Nya kepada Musa dan memberikan Sepuluh Perintah Allah. Nama
"Horeb" kemungkinan berasal dari akar kata Ibrani ḥā∙rāḇ (חרב), yang berarti
"kering" atau "gundul", mencerminkan kondisi geografisnya
yang tandus dan kering. Gunung Horeb menjadi
simbol: Tempat pertemuan antara Allah dan umat-Nya. Tempat panggilan dan
pengutusan, seperti Musa. Dan tempat penghiburan dan pembaruan kekuatan,
seperti yang dialami Elia.
[3] Ancaman yang Mengguncang
Mental Elia. "Izebel menyuruh seorang suruhan mengatakan kepada Elia:
Beginilah kiranya para allah menghukum aku, jika besok kira-kira pada waktu ini
aku tidak membuat nyawamu seperti nyawa salah seorang dari mereka itu." (1
Raj 19:2) Ketakutan dan Pelarian. Kelelahan Fisik dan Mental. Dan merasa
Kesepian dan Tidak Dihargai (1 Raj 19:10)
[4] angka simbolis yang menunjukkan
jumlah cukup besar dari umat sisa (remnant) yang tetap loyal pada Tuhan
di tengah penyembahan Baal.
[5] Itu bukan sekadar soal
cara, tapi menyentuh makna tindakan simbolik dalam budaya Timur Dekat kuno dan
bagaimana Tuhan sering memakai tindakan profetik yang kuat dan mencolok untuk
menyampaikan pesan.
[6] Elisa tidak sekadar
"berpindah profesi". Ia mengakhiri satu fase hidupnya dan memulai
fase baru sebagai nabi Tuhan. Menyembelih lembu berarti meninggalkan sumber
penghidupan lamanya. Membakar alat bajak berarti menutup kemungkinan untuk
kembali ke ladang (Band. Lukas 9:62)
Komentar
Posting Komentar