KHOTBAH EPISTEL 29 JUNI 2025, 1 TESALONIKA 3: 1-13, SETIA MENGIKUTI DAN MELAYANI TUHAN


KHOTBAH-EPISTEL-29-JUNI-2025-1-TESALONIKA3-1-13-SETIA-MENGIKUTI-DAN-MELAYANI-TUHAN

KHOTBAH EPISTEL 29 JUNI 2025, 1 TESALONIKA 3: 1-13, SETIA MENGIKUTI DAN MELAYANI TUHAN

PENGANTAR

Jemaat Tesalonika didirikan oleh Rasul Paulus dalam perjalanan misi keduanya (sekitar tahun 49–50 M). Kisah pendiriannya tercatat dalam Kisah Para Rasul 17:1–9. Namun, pelayanan Paulus di kota itu berlangsung sangat singkat, diperkirakan hanya tiga minggu, karena (1) penolakan keras dari orang Yahudi yang berujung pada penganiayaan. Akibatnya, Paulus dan Silas terpaksa meninggalkan kota itu secara mendadak. Karena Penolakan dari orang Yahudi (Kis. 17:5). Paulus, seperti biasa, memulai pelayanannya di sinagoge Yahudi, dan memberitakan bahwa Yesus adalah Mesias. Beberapa orang percaya, termasuk orang Yunani yang takut akan Allah dan beberapa perempuan terkemuka (Kis. 17:4). Tapi keberhasilan ini justru menimbulkan kecemburuan di antara orang Yahudi yang tidak percaya. Sehingga mereka menghasut massa, menimbulkan kekacauan kota dan menyerbu rumah Yason, tempat Paulus menginap. Akibatnya, Paulus dan Silas harus segera meninggalkan kota itu secara diam-diam pada malam hari. Yang kedua karena tekanan sosial dan politik. Tesalonika adalah kota besar di Makedonia, memiliki status kota bebas (free city) di bawah kekuasaan Romawi. Ini berarti mereka memiliki otonomi lokal dan menjaga hubungan baik dengan Roma adalah hal yang sangat penting bagi mereka. Tuduhan utama terhadap Paulus dan rekannya dalam Kis. 17:7 “Orang-orang ini bertindak bertentangan dengan ketetapan Kaisar dengan mengatakan bahwa ada raja lain, yaitu Yesus.” Ini bukan sekadar perdebatan, tetapi tuduhan terhadap Kekaisaran Romawi. Akibatnya, orang-orang kota melihat gerakan Kristen sebagai ancaman politik, bukan hanya masalah agama. Yang ketiga keamanan Paulus dan misi yang lebih luas. Karena suasana sangat genting dan berisiko Paulus dan Silas tidak sempat mengajar secara mendalam atau membangun struktur gereja secara lengkap. Mereka memutuskan untuk meninggalkan kota demi kelangsungan pelayanan mereka di tempat lain.

PENDALAMAN TEKS

AYAT 1–2: Keputusan untuk Mengutus Timotius

"Kami tidak dapat tahan lagi..."

Ayat ini menunjukkan urgensi emosional Paulus. Kata Yunani yang digunakan, στεγείν ("stegēin"), bisa berarti “tidak mampu menahan rasa sakit hati atau kecemasan.”

Paulus merasa terdesak secara batiniah, ia rela ditinggal sendiri di Atena (kota kafir penuh penyembahan berhala), demi mengutus Timotius agar bisa memastikan keadaan iman jemaat.

 AYAT 3–4: Penderitaan adalah Panggilan Kristen

"...kita ditentukan untuk itu."

Dalam bahasa Yunani, kata "ditentukan" berasal dari κείμεθα (keimetha) yang artinya "ditetapkan" atau "ditempatkan untuk maksud tertentu." Ini menunjukkan bahwa penderitaan bukanlah kecelakaan, melainkan bagian dari rencana Allah bagi orang percaya.

AYAT 5: Kekhawatiran Paulus terhadap Jemaat

"...takut kalau-kalau kamu telah dicobai oleh si penggoda..."

Di sini Paulus menyebut "si penggoda" (ὁ πειράζων, ho peirazōn), yaitu Iblis, yang mencoba menggoyahkan iman melalui penderitaan dan penganiayaan.

AYAT 6–8: Kabar Baik dari Timotius

"...kami pun terhibur oleh kamu..."

Kabar baik dari Timotius adalah bahwa jemaat tetap berdiri teguh dalam iman dan kasih, serta tetap memiliki relasi positif dengan para pelayan Tuhan.

AYAT 9–10: Sukacita dan Kerinduan untuk Bertemu

"...menambahkan apa yang masih kurang pada imanmu..."

Meski kabar yang diterima menggembirakan, Paulus tidak berpuas diri. Ia tahu bahwa iman yang sudah baik masih perlu dilengkapi (Yunani: ὑστερήματα τῆς πίστεως, "yang kurang dari imanmu").

AYAT 11–13: Doa Penggembalaan yang Mendalam

Doa ini memiliki tiga dimensi:

1. Relasi dengan pelayan (ayat 11): Supaya Paulus bisa kembali ke jemaat.

2. Relasi antarjemaat dan dengan orang luar (ayat 12): Supaya kasih mereka bertambah-tambah.

3. Relasi dengan Allah dan kedatangan Kristus (ayat 13): Supaya mereka tetap kudus, tak bercacat, dan siap menyambut Kristus.

KESIMPULAN

1. Kasih Pastoral Paulus yang Tulus dan Aktif

Paulus menunjukkan hati seorang gembala sejati: ia tidak tinggal diam ketika jemaat menghadapi penderitaan, bahkan rela ditinggal sendirian di Atena demi mengirim Timotius untuk menguatkan mereka.

2. Penderitaan adalah Bagian dari Hidup Kristen

Paulus menegaskan bahwa penderitaan bukan kejutan, melainkan bagian dari panggilan orang percaya. Ia sendiri telah memberitahu bahwa penderitaan akan datang.

3. Iman yang Teguh Menghasilkan Sukacita dan Pengharapan

Ketika Paulus mendengar bahwa jemaat tetap teguh dalam iman dan kasih, ia merasa dihidupkan kembali.

4. Pertumbuhan Iman Perlu Pendampingan yang Berkelanjutan

Meski jemaat sudah menunjukkan iman dan kasih, Paulus tetap ingin kembali untuk menambahkan apa yang kurang dalam iman mereka.

5. Doa: Fondasi Pertumbuhan Gereja

Paulus mengakhiri pasal ini dengan doa mendalam:

Supaya Tuhan membuka jalan untuk kembali ke Tesalonika.

Supaya kasih jemaat terus bertambah-tambah.

Supaya mereka hidup kudus dan siap menyambut kedatangan Kristus

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KHOTBAH MINGGU 17 NOVEMBER 2024, MATIUS 24: 9-14, ORANG YANG BERTAHAN SAMPAI AKHIR AKAN SELAMAT

KHOTBAH MINGGU 1 DESEMBER 2024, LUKAS 21: 25-36, BERJAGA-JAGA DAN BERDOA SENANTIASA

KHOTBAH MINGGU 3 NOVEMBER 2024, MARKUS 12: 28-34, MENGASIHI TUHAN ALLAH DAN SESAMA MANUSIA